Yordania

Syarif Husain
Syarif Husain bin Ali (1856-1931) ialah Gubernur Makkah yang diangkat pada 1908 dan Raja Hijaz antara 1916-1924. Ia memberontak terhadap khilafah Turki Utsmani pada Juni 1916 dikarenakan administrasi Turki Utsmani yang semakin nasionalis karena pengaruh gerakan revolusi Turki Muda. Ibnu Saud menyerang dan mengalahkannya pada 1924, sehingga Syarif Husain harus turun tahta Hijaz dan memilih Siprus sebagai tempat tinggalnya sejak itu. Syarif Husain meninggal di Amman, Yordania.
Keturunan dari Syarif Husain ini yang kemudian memegang kekuasaan di Yordania sampai sekarang dan
Iraq pada masa kerajaan.

Daftar Raja Yordania
Kerajaan Yordania terangkat pada 1921 semenjak lepas dari Inggris. Anak-anak Syarif Husain bin Ali menjadi penguasa untuk Kerajaan Irak dan Yordania. Di Yordania, Abdullah I menjadi Emir Trans-Yordania (11 April 1921 - 25 Mei 1946), Raja Trans-Yordania (25 Mei 1946 - 3 April 1949), dan Raja pada 3 April 1949. Puncak Dinasti Hashemite terjadi di Hejaz dan sangat aktual untuk Yordania, meskipun pergantian kepemimpinan di bawah sistem jenderal yang populer.

Dinasti Hashemite di Yordania (1921-Sekarang)
Nama   Lahir-Meninggal         Mulai Menjabat Raja   Akhir Jabatan Kerajaan
Raja Abdullah I sebagai Pendiri         1882 - 1951     3 April 1949    20 Juli 1951 (terbunuh)
Raja Talal I      1909 - 1972     20 Juli 1951     11 Agustus 1952 (turun tahta)
Raja Hussein I 1935 - 1999     11 Agustus 1952         7 Februari 1999
Raja Abdullah II         1962 -  7 Februari 1999           Sekarang

Abdullah I dari Yordania
Abdullah bin Husain (Mekkah, Februari 1882 - Yerusalem, 20 Juli 1951) ialah emir Trans-Yordania yang berkuasa antara tahun 1923-1946 dan setelah itu menjabat sebagai raja Yordania hingga kematiannya.
Ia merupakan salah satu penguasa Arab yang menentang kekuasaan Turki Usmani pada awal tahun 1900-an. Pada tahun 1921, ia diangkat sebagai emir Trans-Yordania, sebuah negara boneka bentukan Britania Raya, yang memainkan peran strategis untuk kekuasaan Britania di daerah lain seperti Mesir, Irak, dan Palestina.Selama Perang Dunia II, Emir Abdullah adalah sekutu tepercaya bagi Britania, dan ia juga membantu memberangus huru-hara pro-Blok Poros di Irak.Pada tahun 1946, Transyordania 'dimerdekakan', dengan Abdullah sebagai pemimpinnya yang mengambil gelar raja.Semasa Konflik Arab-Israel yang meruyak pada tahun berikutnya, pasukan Yordania menyerang Tepi Barat (termasuk Yerusalem), dan pada tahun 1949, Transyordania berubah nama menjadi Yordania.Pada tahun 1951, Raja Abdullah dibunuh oleh seorang nasionalis Arab ketika sedang Salat Jumat di Kubah Shakhrah, yang tak menghendakinya membuat perjanjian damai dengan Israel.

Talal dari Yordania
Raja Talal bin Abdullah (26 Februari 1909 – 7 Juli 1972) adalah Raja Yordania dari 20 Juli 1951 hingga 11 Agustus 1952. Ia digantikan Hussein (anaknya) sebagai Raja Yordania pada saat itu juga. Sumber, http://id.wikipedia.org/wiki/Talal_dari_Yordania

Hussein dari Yordania
Hussein bin Talal (bahasa Arab: حسين بن طلال ussayn bin alāl) (14 November 1935–7 Februari 1999) ialah Raja Yordania dari tahun 1952 hingga 1999 dan merupakan salah satu kepala negara yang terpanjang memerintah dalam kekuasaan eksekutif di dunia. Hussein bin Talal mengantikan Raja Talal (ayahnya) pada 11 Agustus 1952. Raja Hussein I juga merupakan keturunan langsung ke-42 dari Nabi Muhammad SAW. Ia lahir di Amman, Yordania pada 14 November 1935, dari Pangeran Talal bin Abdullah dan Putri Zein al-Sharaf binti Jamil. Raja Hussein memiliki 2 saudara, Pangeran Muhammad dan putra mahkota El Hassan, dan seorang saudari, Putri Basma.

Pendidikan
Setelah menamatkan pendidikan dasarnya di Amman, Hussein mengikuti Victoria College di Iskandariah, Mesir, dan Harrow School di Inggris. Lalu ia menerima pendidikan militernya di Royal Military Academy Sandhurst di Inggris.

Raja Yordania
Di awal kehidupan Hussein muda, dan pada 20 Juli 1951, kakeknya Raja Abdullah terbunuh di Masjid al-Aqsa di Yerusalem. Hussein ada di sana, dengan kakeknya, karena mereka sedang salat Jum’at. Medali yang kakeknya telah memberikannya pada Pangeran Hussein muda, dan yang dikenakannya setelah desakan kakeknya, menyelamatkan Pangeran Hussein dari peluru pembunuh. Pada 6 September 1951, putra sulung Raja Abdullah, Pangeran Talal naik tahta. Saat ia ditetapkan secara rohaniah tak mampu, Talal secara cepat digantikan putra sulungnya Hussein, yang dinyatakan sebagai Raja Kerajaan Hasyimiyah Yordania pada 11 Agustus 1952. Dewan Perwalian diangkat sampai naiknya Raja Hussein secara resmi ke tahta pada 2 Mei 1953, saat ia memangku kekuatan konstitusionalnya setelah mencapai usia 18, menurut kalender Hijriyah.
Sepanjang masa pemerintahannya yang panjang dan penting, Raja Hussein bekerja keras pada pembangunan dan menaikkan standar hidup masing-masing dan seluruh keluarga Yordania. Awalnya, Raja Hussein berkonsentrasi pada pembangunan infrastruktur ekonomi dan industri yang akan "memberi selamat" dan "mempertinggi" kelanjutan yang diinginkannya untuk mencapai kualitas hidup penduduknya. Selama 1960-an, industri utama Yordania - termasuk fosfat, garam abu dan semen-dikembangkan, dan jaringan jalan raya dibangun di seluruh kerajaan. Saat 1950, air, sanitasi dan listrik tersedia hanya untuk 10% penduduknya, kini seluruhnya mencapai 99% penduduk. Pada 1960 hanya 33% penduduknya melek huruf, pada 1996, naik menjadi 85,5%. Pada 1961, rata-rata penduduknya makan sebanyak 2198 kalori, dan pada 1992, angka ini telah naik dari 37.5% mencapai 3.022 kalori. Statistik UNICEF menunjukkan bahwa antara 1981 dan 1991, Yordania mencapai kecepatan tahunan terbesar di dunia mengurangi kematian bayi — dari 70 kematian per 1000 kelahiran pada 1981 menjadi 37 per 1000 pada 1991, penurunan di atas 47%. Raja Hussein juga telah percaya bahwa penduduknya ialah aset terbesar, dan ia melanjutkan mendorong seluruhnya — termasuk yang kurang beruntung, kecacatan dan anak yatim — untuk berusaha lebih banyak.Pada Perang Enam Hari 1967, Yordania-yang menguasai Tepi Barat dan Yerussalem Timur sebenarnya netral dan diminta netral oleh Israel. Namun akhirnya Raja Hussein mempersiapkan dan menyatakan perang terhadap Israel atas desakan Gamal Abdel Nasser dari Mesir dan tekanan Suriah yang juga mempersiapkan diri untuk menyerang Israel. Akibatnya, Israel melakukan serangan dadakan terhadap Suriah, Mesir dan Yordania pada 6 Juni 1967 yang mengakibatkan Yordania kehilangan Tepi Barat dan Yerussalem Timur. Raja Hussein mengakui PLO sebagai pihak yang berwenang untuk mengurus rakyat Palestina. Namun demikian, setelah PLO dianggap "negara dalam negara" di Yordania yang juga dihuni sebagian besar warga Palestina, serta adanya permainan Syria dalam memengaruhi politik Yordania dengan menggunakan tangan PLO, akhirnya PLO diusir dari Yordania dan pindah ke kawasan Libanon Selatan dan Tunisia. Peristiwa ini membuat hubungan Yordania dengan Syria menjadi renggang.Setelah terjadinya kerusuhan di beberapa kota akibat kenaikan harga pada 1989, untuk pertama kalinya sejak Pemilu 1967, Raja Hussein mengadakan Pemilu November 1989. Namun kebebasan itu hanyalah semu, kekuasaan veto tetap ada di tangan raja. Banyak kalangan aktivis pergerakan politik ditahan oleh pemerintah.
Pada 1991, Raja Hussein memainkan peran sangat penting dalam sidang Konferensi Perdamaian di Madrid, Spanyol, dan menyediakan "payung" untuk Palestina untuk merundingkan masa depannya sebagai bagian delegasi bersama Yordania-Palestina.Saat bekerja pada perdamaian Arab-Israel, Raja Hussein juga telah bekerja untuk pemutusan pertentangan antarnegara Arab. Selama Krisis Teluk 1990-1991, ia mendesak usaha hebat untuk pengaruh perdamaian penarikan pasukan Irak dan memulihkan kedaulatan Kuwait akibat Invasi Irak atas Kuwait 2 Agustus 1990. Namun sikapnya yang pro Irak, seperti halnya Yasser Arafat pada krisis timur tengah yang berujung pada Perang Teluk I, sempat membuat Yordania dikucilkan secara politik oleh Negara-Negara Arab khususnya Arab Saudi dan Kuwait.Pada tahun 1994, Raja Hussein menandatangani perjanjian perdamaian dengan Israel dan mengakhiri kondisi perang dengan Israel.Raja Hussein telah gigih dalam pencariannya pada rekonsiliasi Arab yang sejati, di manapun konflik mungkin timbul antarnegara, seperti penengahannya dalam Perang Saudara Yaman. Lebih lanjut, dan dalam hampir setiap pidato atau forum, Hussein menyebut untuk bantuan kemanusiaan internasional untuk mengurangi penderitaan harian orang dan anak-anak Irak.

Info pribadi
Raja Hussein menikah dengan Ratu Noor pada 15 Juni 1978. Mereka memiliki 4 anak: Hamzah, Hashem, Iman dan Raiyah. Raja Hussein juga memiliki 8 anak — Alia, Abdullah, Faisal, Zein, Aisha, Haya, Ali dan Abeer — dari 3 pernikahan sebelumnya. Raja Abdullah II, penerus beliau, adalah hasil pernikahan beliau dengan salah satu istrinya yang merupakan orang Inggris.Pangeran Muhammad, Perwakilan Perorangan Sri Baginda, memiliki 2 anak : Talal dan Ghazi. Putra mahkota El Hassan memiliki 4 anak: Rahma, Sumayya, Badiya, Rashid dan 3 cucu. Ratu Basma memiliki 4 anak: Farah, Ghazi, Sa’ad, dan Zein.Raja Hussein merupakan penerbang, pebalap motor dan sopir balap mobil yang ulung. Ia menggemari olah raga air, ski, tenis, dan menggunakan internet. Raja Hussein membaca luas urusan politik, sejarah, hukum internasional, ilmu militer dan penerbangan. Di samping menjadi pembaca yang hebat, the King merupakan pokoq sejumlah buku. Ia menulis 3 buku: Uneasy Lies the Head (1962), mengenai masa kanak-kanaknya dan tahun-tahun awal sebagai raja, My War With Israel (1969), dan Mon Métier de Roi.

Kemangkatan
Tahun-tahun terakhir Raja Hussein terganggu oleh masalah kesehatan. Ia telah dioperasi karena kanker ginjal pada 1992, dan dan telah 6 bulan kemoterapi non-Hodgkins lymphoma di Klinik Mayo pada 1998. Pada Oktober 1998, Hussein meninggalkan kasur rumah sakitnya menengahi Persetujuan Perdamaian Sungai Wye antara Israel dan Palestina.Di akhir Januari 1999, Hussein kembali ke Amman sambil pengobatan kanker di AS untuk mengumumkan bahwa putra sulungnya, Abdullah, akan menggantikannya sebagai raja. Raja Hussein mangkat pada usia 63 pada 7 Februari 1999.

Pranala luar
(Inggris) Situs resmi

Abdullah II dari Yordania
Mei 2008 dalam acara Forum Ekonomi Dunia
-------------
as-Sayyid Abdu'llah II bin al-Hussein al Hashimi, Raja Kerajaan Hasyimiyah Yordania (Arab: عبد الله الثاني بن الحسين) (lahir 30 Januari 1962 di Amman, Yordania) adalah Raja Hasyimiyah Kerajaan Yordania sejak 7 Februari 1999. Ia diklaim merupakan generasi langsung ke-43 dari Nabi Muhammad. Abdullah merupakan putra langsung Raja Hussein dengan Putri Muna al-Hussein, terlahir Antoinette (Toni) Avril Gardiner. Ia memiliki 4 saudara dan 6 saudari.

Pendidikan
Pangeran Abdullah memulai pendidikannya di Islamic Educational College dan menerima pendidikan lanjutan di St. Edmund's School di Surrey, Inggris, Eaglebrook School di Massachusetts, kemudian di Akademi Deerfield di Amerika Serikat. Pada 1980, Pangeran Abdullah memasuki Royal Military Academy Sandhurst di Britania Raya, di mana ia menerima pendidikan militernya.Pangeran Abdullah menamatkan universitas pada 1984, menjalani setahun kursus Studi Khusus di Politik Internasional dan Urusan Luar Negeri. Setelah kembali, ia melanjutkan kemiliterannya, menambah pengalaman dan bekerja pada jalannya sebagai Kapten dan Komandan Kompi Tank pada Brigade Lapis Baja ke-91. Antara 1986-1987, juga sebagai Kapten, ia bekerja pada Satuan Anti Tank Helikopter AU Royal Jordanian sebagai Instruktor Taktik, di mana ia menerima kualifikasi sebagai Pilot Helikopter Serangan Kobra.Pada 1987, Pangeran Abdullah mengikuti Fakultas Dinas Luar Negeri di Universitas Georgetown di Washington, D.C., dan tinggal di tempat kerja sebagai Anggota Pertengahan Karier. Ia menjalani Studi dan Riset Lanjutan di Urusan Internasional di bawah bantuan M.Sc dalam Program Dinas Luar Negeri.

Karier militer
Saat kembali, ia diangkat pada Batalion Tank ke-17, Brigade Pengawal Kerajaan ke-2 dan di musim panas 1989, ia menjadi Batalion orang kedua dalam pimpinan, dengan pangkat mayor. Pada 1991, Pangeran Abdullah merupakan Perwakilan Baju Baja dalam Jabatan Inspektur Jenderal. Ia naik pangkat menjadi LetKol di akhir tahun dan mengambil komando Resimen Mobil Lapis Baja ke-2 pada Brigade ke-10.

Raja Abdullah II
--------
Pada penyerahan batalion pada Januari 1993, Pangeran Abdullah naik pangkat sebagai Kolonel dan bertugas sebagai Wakil Komandan Angkatan Khusus Yordania. Pada Juni 1994, ia naik pangkat sebagai BrigJen, dan memikul komando Angkatan Khusus Kerajaan Yordania, setelah bertugas sebagai Wakil Komandan selama 6 bulan. Ia diangkat sebagai komandan pada Komando Operasi Khusus pada Oktober 1997, dan pada Mei 1998, ia naik pangkat sebagai MayJen.
Di samping kariernya sebagai opsir pasukan, Pangeran Abdullah telah bertugas di Yordania dalam banyak waktu dalam kapasitas resmi pengawas dalam absennya Raja Hussein, dan ia secara berkala berjalan dengan Raja Hussein. Sebelum naik tahta, Pangeran Abdullah mewakili Yordania dan ayahandanya dalam banyak kunjungan ke seluruh negara di seantero dunia, dan mengembangkan hubungan akrab dengan pemimpin dan pejabat sejumlah negara Arab selama kursus kariernya.

Pernikahan dan anak
Abdullah menikah dengan seorang kelahiran Palestina, Rania Al-Yassin (kini Ratu Rania al-Abdullah) pada 10 Juni 1993. Mereka memiliki empat anak:
Pangeran Hussein (lahir 28 Juni 1994)
Putri Iman (lahir 27 September 1996)
Putri Salma (lahir 26 September 2000)
Pangeran Hashem (lahir 30 Januari 2005)

Raja Abdullah merupakan pilot dan prajurit tentara payung terjun bebas. Perhatian lainnya ialah balap mobil (ia merupakan mantan Juara Balap Reli Nasional Yordania), olah raga air, penyelaman dan mengumpulkan senjata dan alat perang kuno.

Raja Yordania
Raja Abdullah memangku kekuasaan konstitusionalnya sebagai Raja Yordania pada 7 Februari 1999, hari saat ayahandanya, Raja Hussein bin Talal, mangkat. Raja Abdullah berfokus pada pembangunan warisan yang ditinggalkan Raja Hussein untuk institusionalisasi demokrasi Yordania di masa depan dan pluralisme politik, saat bekerja untuk keadilan dan perdamaian menyeluruh dalam iklim keterbukaan dan toleransi.
Karena sejak pendiriannya Yordania ditopang dari subsidi negara imperialis, kebijakan ekonomi penguasa Yordania tidak lebih selain mengikuti arahan para donatur yang memberikan utang. Jeratan utang ini pulalah yang menyebabkan ambruknya ekonomi Yordania. Atas nama reformasi ekonomi dan perbaikan kualitas hidup, Raja Abdullah II bekerja sama dengan IMF. Rezimnya juga melakukan liberalisasi perdagangan dengan menjadi anggota WTO (2000) serta melakukan perjanjian perdagangan bebas dengan AS. Akibatnya yang menderita ialah rakyat. Utang luar negeri sebagian besar bocor dan masuk ke kantong penguasa. Dan investasi maupun cadangan berada dalam kontrol raja dan kroninya yang terdiri dari para tokoh maupun pejabat. Mereka melakukan utang luar negeri sesuai arahan IMF. Mereka melaksanakan apapun yang dituntut baik dalam masalah dana, budaya maupun sosial. Mereka mendanaianya dengan dana publik dari suap, spekulasi, maupun komisi. Selanjutnya, untuk menyempurnakan aktivitasnya, mereka menyempurnakan UU ekonomi, seperti tentang inestasi, privatisasi, otonomi wilayah Aqobah, pajak umum penjualan, dsb. Ini dilakukan di bawah jargon ‘perbaikan ekonomi’. Ini membuat adanya penjualan tanah dan perusahaan terhadap nonmuslim termasuk Yahudi. Ini mengakibatkan kefakiran, kelaparan, PHK massal, merajalelanya penyakit dan kehinaan. Saat utang itu telah jatuh tempo, untuk menutupi dan membayar bunganya, dengan bantuan pemerintah IMF menaikkan pajak maupun pungutan, meningkatkan harga, mengurangi dana publik dengan memensiundinikan pegawai negeri. Raja Abdullah juga mendukung perang melawan terorismenya AS dengan latih perang bersama antara tentara AS dengan Yordania. Ini kebohongan, karena AS mempersiapkan serangan serangan ke Irak dan penguasa Yordania memfasilitasi AS untuk itu. Sebagai imbalannya, hadiahnya ialah utang.Tanpa mempertimbangkan hukum syari’at tentang larangan melakukan hubungan ápapun dengan muóuh yang sedang memerangi kaum muslimin, kecuali hubungan perang, pada September 2002 penguasa Yordania melakukan kerja sama dengan Israel. Mereka sepakat membangun saluran air dari Laut Merah ke Laut Mati. Proyek yang menghabiskan dana $800 juta ini merupakan kerja sama terbesar kedua negara.Dalam Pemilu pertama di bawah pemerintahan Raja Abdullah II pada Juni 2003, dua pertiga kursi dimenangkan loyalis raja, yang kekritisan dan kekonsekuenannya untuk mengurusi urusan rakyat dipertanyakan.

Pranala luar
(Inggris) Situs web resmi
(Inggris) The Family Line of HIH King Abdullah
(Inggris) Middle East Quarterly interview with King Abduallah II: "Iraq is the Battleground – the West against Iran"
(Inggris) A letter from the Committee to Protect Journalists directed to King Abdullah
(Inggris) Amnesty International report on alleged violations of human rights in Jordan under King Abdullah
(Inggris) King Abdullah to receive the Pope John Paul II Peace Prize
(Inggris) King sees shared Jerusalem
(Inggris) Jordan's King Abdullah Pushes for Moderation
(Inggris) King's Academy
Sumber, http://id.wikipedia.org/wiki/Abdullah_II_dari_Yordania

Keluarga kerajaan Yordania
Keluarga kerajaan Yordania berasal dari Wangsa Hashim (bahasa Arab: هاشمي, transliteration: Hāšimī) merupakan dinasti yang memerintah di Yordania saat ini.
Anggota keluarga kerajaan Yordania
Untuk Daftar raja Yordania, lihat Daftar Raja Yordania.
Pangeran Omar bin Al Faisal
lahir 22 Oktober 1993, anak dan putra satu-satunya dari Pangeran Faisal bin Al Hussein dan Putri Alia dan adalah keponakan dari Raja Abdullah II dari Yordania. Ia adalah saudara termuda dari Putri Ayah binti Al Faisal, dari saudara tertua dari saudara kembarnya yaitu Putri Aisha dan Putri Sara.
Pangeran Hussein bin Al Abdullah
lahir 28 Juni 1994, putra tertua dari Raja Abdullah II dan Ratu Rania dari Jordan.
Putri Iman binti Al Abdullah
lahir 27 September 1996, putri pertama dan anak kedua dari Raja Abdullah II dan Ratu Rania al-Abdullah.
Pangeran Hussein bin Al Talal
lahir di Amman, Yordania, 15 Oktober 1999, putra dari Pangeran Talal bin Muhammad yang merupakan cucu dari Raja Talal dari Yordania dan istrinya Putri Ghida.
Putri Salma bint al-Abdullah
lahir di Amman, Yordania, 26 September 2000, putri kedua dan anak ketiga dari Raja Abdullah II dan Ratu Rania al-Abdullah
Pangeran Muhammad bin Al Talal
lahir di Amman, Yordania tahun 2001, putra dari Pangeran Talal bin Muhammad yang merupakan cucu dari Raja Talal dari Yordania dan istrinya Putri Ghida. Ia adalah saudara kembar dari Putri Rajaa.
Pangeran Hashem bin Al Abdullah
lahir 30 Januari 2005, anak keempat dan putra kedua dari Raja Abdullah II dan Ratu Rania al-Abdullah.
Putri Haalah binti Al Hashim
lahir di Amman, Yordania, 6 April 2007[2], putri pertama dari Pangeran Hashim bin Al Hussein dan Putri Fahdah Hashim. Ia adalah cucu pertama dari Ratu Noor.
Putri Rayet Al Noor bint Al Hashim
lahir di Amman, Yordania, 4 Juli 2008, putri kedua dari Pangeran Hashim bin Al Hussein dan Putri Fahdah Hashim. Ia adalah cucu ketiga dari Ratu Noor.
Putri Haya binti Hamzah[3]
lahir di Amman Yordania, 18 April 2007, putri pertama dari Pangeran Hamzah dan Noor binti Asem bin Nayef. Ia adalah cucu kedua dari Ratu Noor. [3]
Pangeran Abdullah bin Ali
lahir 19 Maret 2007, putra dari Pangeran Ali bin Al Hussein dan Rym Brahimi, mantan jurnalis CNN dan putri dari Lakhdar Brahimi.

Pranala luar
^ [1]
^ jordan3
^ a b "Princess Haya Bint Hamzah". Royal Court of Jordan. 18 April 2007. Diakses pada 28 Juni 2007.
Hashemite Lineage

Rania dari Yordania
Queen Rania in the Yellow Oval Room in the White House Residence.
Ratu Rania Al-Abdullah (Arab: رانيا العبدالله) (dilahirkan dengan nama Rania Al-Yasin lahir 31 Agustus 1970) adalah istri Raja Abdullah II dari Yordania.

Permulaan Hidup
Rania Al-Yasin lahir di Kuwait sebagai bagian dari warga Palestina asal Tulkarm. Rania lahir dari orang tua yang berasal dari Palestina. Ia bersekolah di New English School di Kuwait dan kemudian mendapatkan gelar dari Universitas Amerika di Kairo. Setelah lulus pada 1991, Ratu Rania bekerja untuk Citibank. Kemudian, ia pindah ke Apple Computer di Yordania.

Pernikahan dan anak
Ia bertemu dengan raja Abdullah bin Al-Hussein di kala perjamuan malam pada Januari 1993. Dua minggu kemudian, ia meresmikan pernikahannya pada 10 Juni 1993. Dari pernikahan ini lahir:
Pangeran Hussein (lahir 28 Juni 1994)
Putri Iman (lahir 27 September 1996)
Putri Salma (lahir 26 September 2000)
Pangeran Hashem (lahir 30 Januari 2005)
Ia dikenal karena perjuangannya dalam hal hak-hak perempuan.